Meriah !! Launching Festival Golo Curu

Ruteng. Paroki Cewonikit.com – Natas Labar Motang Rua Minggu sore 4/8/2024 menjadi saksi digelarnya launching festival Golo Curu yang akan dilaksanakan pada 1 s.d. 7 Oktober 2024.

Seperti disaksikan media ini, launching atau peluncuran festival ini sungguh meriah sebab menjadi ajang penyatuan budaya dan Religi yang digelar Keuskupan Ruteng dan Pemkab Manggarai.

Kegiatan ini, diawali dengan ibadah ekologis kreatif Keuskupan Ruteng yang dipimpin oleh RD. Marten Chen direktur Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng.

Narasi dan pentas ibadah ekologi kreatif ini sangat apik diperankan oleh siswa siswi SMAK St. Fransiskus Xaverius Ruteng yang diawali dengan lagu Laudato si o mi signore.

Penari SMAK st.Fransiskus Xaverius Ruteng (foto WG)

Laudato si, adalah ensiklik yang sangat terkenal karena ucapan pertama Paus dalam ensiklik tersebut yang berarti Terpujilah Engkau. Kalimat awal dalam ensiklik ini merupakan penegasan sikap Paus Fransiskus yang lahir dari refleksi keimanan atas realitas dunia yang hadir saat ini.

” Kubersyukur atas ciptaan, Matahari dan saudari bulan, bintang menghiasi cakrawala, angin, api dan air menghiasi semuanya. Terima kasih bumi Pertiwi, dia memberi makanan setiap hari, menumbuhkan bunga yang berseri, gunung dan lautan. Mari memuji” narasi pembuka yang menggetar kalbu yang hadir.

Ibadah ini dilanjutkan dengan refleksi atas realita kehidupan saat ini yaitu; kekeringan dimana mana, panas menyengat, hujan tidak menentu, mata air mengering. Kamipun menangis karena gagal panen dan gagal tanam. Karena ulah kami, Tuhan, yang menebang pohon dan merusak ibu bumi. Yang dilanjutkan dengan lagu dan gerak tarik ” dere ngkiong”.

Realita kekeringan ini mengakibatkan, burung Kaka tua, ngkiong, dan burung burung lain sudah jarang terdengar kicauannya. Padahal mereka membantu menyebarkan biji bijian yang menumbuhkan tunas baru, ke gunung, bukit, lembah dan Satar. Karena ulah kami, Tuhan yang membakar dan menggunduli hutan dan Satar, memburuh dan membunuh segala jenis burung.

Selain itu, tanah sawah dan ladang mengeras karena penggunaan pupuk kimia yang over dosis. Benih padi sulit bertumbuh, air tercemar karena pestisida. Kami membuang sampah sembarangan yang merusak tanah dan mencemari air dan udara. Tuhan untuk mendapatkan hasil cepat dengan cara instan.Kami menggerogoti kesuburan saudari tanah, dan mengotori kejernian saudari air dengan sampah dan pupuk kimia.

Demikian sebagian ibadah ekologis kreatif Keuskupan Ruteng sejalan dengan pada tahun 2024, Keuskupan Ruteng mencanangkan Program Pastoral Ekologis, dengan tema Harmonis, Pedagogis dan Sejahtera.

Seluruh umat Katolik Keuskupan Ruteng diajak untuk bersama menjaga dan merawat bumi. Bumi sebagai sumber kehidupan bagi manusia, perlu dirawat dan dijaga karena bumi adalah “ibu” bagi manusia.

Rm. Martin Chen (foto WG )

Pada kesempatan itu, RD Martin Chen dalam homilinya menyampaikan bahwa Setiap makhluk hidup dalam jejaring, sehingga kita jangan memperlakukan alam dan ciptaan lainya sebagai obyek melainkan sebagai subyek dalam keharmonisan.

Dan ketika kita sudah menyimpang diperlukan pertobatan ekologi, dan mengembangkan spiritual ekologi. Sehingga dalam festival Golo Curu sebagai festival ekologi.

” Setiap makhluk hidup dalam jejaring, sehingga kita jangan memperlakukan alam dan ciptaan lainya sebagai obyek melainkan sebagai subyek dalam keharmonisan. Dan ketika kita sudah menyimpang diperlukan pertobatan ekologi, dan mengembangkan spiritual ekologi. Sehingga dalam festival Golo Curu kita sungguh sungguh terlibat” pungkasnya.

Selain itu, Vikjen Keuskupan Ruteng RD. Alfons Segar, PR dalam sambutan mewakili Uskup Ruteng menyampaikan bahwa” Festival Golo Curu tahun 2024 adalah kegiatan untuk ketiga kalinya, yang akan berlangsung dari tanggal 1 s.d. 7 Oktober yang akan datang ” katanya.

Sejalan dengan arah dasar Pastoral Keuskupan Ruteng yaitu Pastoral kontekstual integral, maka festival Golo Curu akan mengembangkan Pastoral pariwisata holistik yang berdimensi religi, kultural, ekonomi, ekologi dan pedagogi.

Dengan demikian dalam kegiatannya ada misa dan perarakan patung bunda Maria Ratu Rosario dari paroki ke paroki dalam wilayah kota Ruteng, pentas seni budaya yang mengangkat seni budaya Manggarai

Kecuali itu, ada juga pameran kerajinan tenun dan anyaman dan juga pameran UKM dari seluruh Paroki dan kelompok UKM lainnya demi meningkatkan kesejahteraan hidup.

” Khusus untuk tahun 2024 program kita berfokus pada ekologi integral yang menjunjung tinggi moto HPS yaitu Harmoni, Pedagogi dan Sejahtera ” katanya.

Untuk itu, lanjutnya ada ibadah ekologi dengan menanam berbagai jenis tanaman baik tanaman perdagangan, tanaman hias, dan berbagai tanaman bangunan. Ada juga perlombaan taman pastoran dan gereja yang bersih, asri dan sehat ( bas). Ada juga pelatihan kecerdasan dan ketrampilan hidup dan kegiatan sosial karikatif.

” Semoga dengan kegiatan itu, tertanam dalam hati kita dan pikiran kita, nilai nilai spiritual, budaya, ekonomi, ekologi dan kemanusiaan dengan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku dan tindakan ” harapnya.

Bupati Manggarai Heribertus G.L.Nabit ( foto WG )

Sebelum memukul gong tanda diluncurkan kegiatan festival Golo Curu berkenan juga memberikan sambutan Bupati Manggarai Heribertus G.L.Nabit. Pada kesempatan itu beliau menyampaikan bahwa Festival Golo Curu adalah ajang penyatuan Budaya dan Religi.

” Golo Curu adalah cerita hidup sebagian orang Manggarai. Golo Curu bercerita tentang iman sebagian orang Manggarai, umat paroki Karot yang dengan ikhlas hati menyediakan Golo Curu sebagai tempat berziarah dan berdoa bagi umat Katolik,’’ungkapnya.

Bupati Heribertus Nabit menegaskan meski dalam keterbatasan, pemerintah bersama Keuskupan mengadakan kegiatan Festival Golo Curu untuk menghargai, mengingat dan melestarikan semua hal baik tentang Golo Curu sebagai tempat siarah religi.

Pemerintah dan Keuskupan mengemas Festival Golo Curu 2024 lebih baik lagi, karena ’banyak cerita iman, cerita kesulitan hidup dan air mata ketika berkunjung dan berdoa ke Golo Curu.

“Kiranya menjadi tugas kita ke depan mengumpulkan cerita-cerita kecil itu, bahwa ada banyak soal dan masalah dalam rumah tangga diselesaikan awal mulanya dari bukit kecil yang namanya Golo Curu,’’ tutup Heribertus Nabit.

Willy